Kemiren merupakan sebuah desa yang terletak di daerah Glagah. Desa ini menjadi perkampungan suku Osing, penduduk asli Banyuwangi. Dikenal sebagai salah satu kawasan cagar budaya, tiap tahunnya Kemiren selalu menggelar tradisi unik bernama Barong Ider Bumi.
Tradisi Barong Ider Bumi konon sudah begitu mendarah daging di dalam kehidupan suku Osing. Warisan budaya unik ini kabarnya telah berusia hingga ratusan tahun. Penasaran dengan kisah dan filosofi menarik di baliknya? Simak penuturan kontributor Travelingyuk, Ariyanti Dwi Kumalasari.
Filosofi di Balik Nama
‘Barongan’ atau ‘Barong’ dalam mitologi Jawa dan Bali merupakan sosok makhluk berkaki empat atau dua dengan kepala singa. Bagi masyarakat yang menganut kepercayaan animisme, Barong dipercaya sebagai perwujudan nilai-nilai kebaikan dan keadilan. Ia juga merupakan figur yang senantiasa melawan kekuatan jahat yang dipimpin oleh perwujudan iblis bernama Rangda.
Sementara itu frasa ‘Ider Bumi’ dihasilkan dari dua kata yakni ‘Ider’ dan ‘Bumi’. Ider dalam bahasa Jawa berarti berkeliling, dan
Bumi merupakan tempat berpijak. Ider Bumi bisa diartikan sebagai kegiatan mengelilingi tempat berpijak (bumi).
Sejarah Panjang Ritual Tolak Bala
Sejarah tradisi Barong Ider Bumi berawal pada tahun 1840. Saat itu Desa Kemiren diserang wabah penyakit aneh yang mengakibatkan banyak warga meninggal. Banyak petani juga mengalami gagal panen.Salah seorang sesepuh desa lantas meminta petunjuk kepada Mbah Buyut Cili, yang makamnya masih dirawat hingga kini. Pencerahan datang dalam wujud mimpi, di mana para warga diminta melakukan arak-arakan Barong sebagai bentuk tolak bala.
The Barong Ider Bumi tradition is said to have been ingrained in the life of the Osing tribe. This unique cultural heritage is said to be hundreds of years old. Intrigued by the interesting story and philosophy behind it? Listen to the story of the Travelingyuk contributor, Ariyanti Dwi Kumalasari.
The Philosophy Behind the Name
'Barongan' or 'Barong' in Javanese and Balinese mythology is a figure with four or two legs with a lion's head. For people who adhere to animist beliefs, Barong is believed to be the embodiment of the values of goodness and justice. He is also a figure who always fights evil forces led by a demon named Rangda. Meanwhile, the phrase 'Ider Bumi' is produced from two words, namely 'Ider' and 'Bumi'. Ider in Javanese means to go around, and Bumi is a foothold. Ider Bumi can be defined as the activity around the foothold (the earth).
A Long History of Tolak Bala Rituals
The history of the Barong Ider Bumi tradition dates back to 1840. At that time, Kemiren Village was attacked by a strange disease outbreak which resulted in many residents dying. Many farmers also experienced crop failure. One of the village elders then asked Mbah Buyut Cili for directions, whose grave is still being treated until now. Enlightenment comes in the form of a dream, where residents are asked to perform a Barong procession as a form of repelling reinforcements.