Situs Kawitan merupakan tempat ditemukannya reruntuhan bangunan yang diduga sebuah gapura yang diduga sebagai salah satu peninggalan kerajaan Blambangan (abad 14 M) yang pada saat itu berpusat di Alas Purwo. Gapura yang ditemukan ini terbuat dari batuan gamping yang berkaitan dengan sejarah geologi bahwa dulunya Alas Purwo terbentuk dari proses pengangkatan karst (gamping) dari lautan dangkal. Berdasarkan penelitian, dipercaya bahwa di sudut tenggara Pulau Jawa atau yang sekarang dikenal Plengkung pernah dijadikan pendaratan pertama masyarakat Austronesia pada tahun 3500 SM . Hal ini dibuktikan salah satunya dengan ditemukannya cangkang kerang di sebagian gua di Alas Purwo. Setelah situs ini diketahui oleh masyarakat, lalu dimanfaatkan sebagai tempat suci agama Hindu di kawasan Tegaldlimo pada saat perayaan Pagerwesi. Masyarakat kemudian membangun Pura Luhur Giri Salaka di sebelah Situs Kawitan sebagai tempat ibadah dengan ukuran yang lebih luas agar situs utama tetap terjaga.
The Kawitan site is the place where the ruins of a building suspected of being a gate were found which is thought to be one of the relics of the Blambangan kingdom (14th century AD) which at that time was centered in Alas Purwo. The gate that was found was made of limestone which is related to the geological history that was once Alas Purwo was formed from the process of lifting karst (limestone) from the shallow ocean. Based on research, it is believed that in the southeast corner of the island of Java or what is now known as Plengkung, the first Austronesian people landed in 3500 BC.
This is evidenced by the discovery of shells in some caves in Alas Purwo. After this site was known by the public, then it was used as a sacred place for Hinduism in the Tegaldlimo area during the Pagerwesi celebration. The community then built Pura Luhur Giri Salaka next to the Kawitan Site as a place of worship with a wider size so that the main site is maintained.