Situs Rawa Bayu

Situs Rawa Bayu adalah sebuah peninggalan Kerajaan Blambangan dekat telaga di dalam kawasan hutan. Di salah satu sudut pinggir telaga terdapat petilasan Raja Blambangan Tawang Alun. Petilasan tersebut memiliki pintu gerbang berbentuk paduraksa. Petilasan Tawang Alun terletak di tengah kawasan Rawa Bayu yang dibangun oleh Tawang Alun untuk mengasingkan diri setelah ia turun takhta. Tawang Alun membuka pemukiman baru di tempat ini sehingga lambat laun menjadi ramai. Saat ini petilasan Rawa Bayu sering dikunjungi oleh umat Hindu untuk melakukan ritual keagamaan. Selain petilasan, juga terdapat Candi Puncak Agung Macan Putih serta 4 mata air yang diyakini sebagai mata air suci. Mata air tersebut dipercaya tidak akan mengering meski kemarau sekalipun. Mata air pertama adalah Sumber Taman Kaputren. Konon mata air ini dulunya digunakan para putri untuk membersihkan diri. Airnya yang dingin dan bersih membuat warga sekitar mempercayai bahwa dengan membasuh wajah di mata air tersebut, maka akan memancarkan aura yang berbeda dan terlihat awet muda. Mata air yang kedua adalah Sumber Wigangga. Mata air ini diyakini dapat menambah rezeki, serta menjadi penglaris untuk kemajuan usaha. Mata air ketiga, yaitu Sumber Taman Kamulyan, yang dipercaya dapat meningkatkan derajat dan martabat seseorang. Mata air yang terakhir adalah Sumber Panguripan, yaitu mata air kehidupan. Mata air ini dipercaya dapat menenangkan hati, membersihkan kotoran dalam jiwa, dan memakmurkan kehidupan bagi seseorang yang membasuh wajah dan meminum airnya.

The Rawa Bayu site is a relic of the Blambangan Kingdom near a lake in a forest area. In one corner of the edge of the lake there is a temple of King Blambangan Tawang Alun. The petilasan has a paduraksa-shaped gate. Petilasan Tawang Alun is located in the middle of the Rawa Bayu area which was built by Tawang Alun to isolate himself after he abdicated. Tawang Alun opened a new settlement in this place so that gradually it became crowded. Currently, the Rawa Bayu shrine is often visited by Hindus to perform religious rituals. In addition to the petilasan, there is also the Puncak Agung Macan Putih Temple and 4 springs which are believed to be holy springs. It is believed that the spring will not dry up even if it is dry. The first spring is Sumber Taman Kaputren. It is said that this spring was used by the princesses to clean themselves. The cold and clean water makes local residents believe that by washing your face in the spring, you will emit a different aura and look younger. The second spring is the Wigangga Source. This spring is believed to be able to increase sustenance, as well as become a source of business progress. The third spring, namely the Kamulyan Garden Source, is believed to increase one's degree and dignity. The last spring is Sumber Panguripan, namely the spring of life. This spring is believed to calm the heart, cleanse the dirt in the soul, and prosper life for someone who washes his face and drinks the water. he had never had any contact with Bali, which played an important role in the Jagapati rebellion.

Kontak

Views: 62