Kawasan mangrove Teluk Pangpang ditetapkan sebagai salah satu ekosistem esensial di Indonesia, karena merupakan satu-satunya kawasan mangrove yang tersisa di pantai timur Provinsi Jawa Timur. Kawasan mangrove ini memiliki luasan dan keanekaragaman flora dan fauna yang cukup baik. Di kawasan mangrove ini terdapat berbagai spesies mangrove dan spesies burung yang dilindungi dan terancam punah. Berdasarkan data Taman Nasional Alas Purwo pada (2001) di kawasan teluk pangpang ditemukan 12 jenis spesies Bakau diantaranya Aegiceras floridum, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Lumnitzera racemosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, Xylocarpus granatum. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Acik dan Sudarmadji (2017) yang menunjukkan bahwa hutan mangrove ini didominasi oleh struktur komunitas R apiculata - R.mucronata.
Dari dua belas jenis mangrove yang pernah ditemukan, ada tiga spesies mangrove dapat dikatakan jarang ditemui pada vegetasi greenbelt mangrove yang ada di Kabupaten Banyuwangi seperti jenis spesies Aegiceras floridum, Excoecaria agallocha dan Scyphiphora hydrophyllacea. Potensi Kawasan mangrove pada teluk pangpang tidak hanya pada vegetasi mangrove saja, mengingat ekosistem pada vegetasi mangrove sangatlah kompleks. Daya tarik utama pada ekosistem mangrove adalah potensi keragaman kehidupan liarnya terutama burung air dan juga burung yang sedang migrasi. Tercatat bahwa pada bulan Oktober-Desember merupakan saat musim migrasi burung, terdapat 11 jenis burung yang ditemukan di teluk pangpang seperti Egretta alba, Egretta eulophotes, Ardeola speciosa, Sterna hirundo, Todiramphus chloris, Collocalia vestita, Merop philippinus, Acridotheres javanicus, Actitis hypoleucos, Actitis hypoleucos, Leptoptilos javanicus, dan Numenius sp. Dari ke-11 spesies burung yang ditemukan pada teluk pangpang terdapat satu spesies dari jenis Leptoptilos javanicus atau bisa kita kenal dengan nama lokal bangau tongtong masuk kedalam status Vulnerable (rentan) pada IUCN tahun 2020 yang populasinya terus menurun
Geomorphologically, the western lowlands of Alas Purwo are separated from the karst hills by a north-south fault line extending to the North and forming Pangpang Bay. The bay receives water flows from the rivers of Ijen volcano complex. It is 8 km long, and 3.5 km wide. The Pangpang Bay consists of ??3,000 ha of water area and 2,926.6 ha of mangrove forest (BKSDA, 2018). Twelve of mangroves species grow at this location and provide a transitional habitat for some migratory birds such as the lesser adjutant (Leptoptilos javanicus) which is a native species of Java Island-Indonesia and a large wading bird in the stork family Ciconiidae.
The Pangpang Bay mangrove area is designated as one of the essential ecosystems in Indonesia, because it is the only remaining mangrove area on the east coast of East Java Province. This mangrove area has a fairly good area and diversity of flora and fauna. In this mangrove area there are various protected and endangered mangrove species and bird species. Based on data from Alas Purwo National Park in (2001) in the Pangpang Bay area, 12 species of mangrove were found including Aegiceras floridum, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Lumnitzera racemosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Scyphia, Sonnerat Sonneratia caseolaris, Xylocarpus granatum. This is reinforced by the results of research by Acik and Sudarmadji (2017) which show that this mangrove forest is dominated by the community structure of R apiculata - R. mucronata.